TETESAN ASA PATRIOT NEGRI

TETESAN ASA PATRIOT NEGRI

TETESAN ASA PATRIOT NEGRI
(sempetin baca sebentar ya, 2 meniit aja)

Semenjak di kukuhkannya batik Indonesia sebagai warisan dunia NON BENDAWI oleh UNESCO pada 2009 silam, tepat 11 tahun yang lalu.
Mulailah hingar bingar kampanye pemakaian batik untuk bekerja bahkan kebutuhan berpakaian setiap harinya. Setiap orang bahkan berselfie ria menunjukkan kebanggaannya mengenakan pakaian dari batik. Bahkan anda sendiri, iya kan ?
Everyone is happy ! Everyone proud of this !
Semua berseru “Saya cinta batik !”
Semua berteriak “Ayo memakai batik !”

Tapi ada sisi lain yang banyak dari kita tidak mengetahuinya.
Sebuah sisi sepi dalam karya
Sisi sunyi dalam bekerja
Dari para pengrajin batik, para pengrajin yang membawa pakem batik itu sendiri.
Sebuah pakem yang sebenarnya dikukuhkan oleh UNESCO.
Banyak orang riuh berpesta dengan batik, banyak orang berbangga hati memakai batik,
banyak orang memposting di social medianya saat berbatik.

NAMUN SEMUA ITU BUKAN KARYA MEREKA (para pengrajin batik)
Bukan karya hasil tetesan lilin panas yang dilukiskan dalam selembar kain dengan senjata mereka yang terbuat dari tembaga. Yang biasa mereka sebut dengan canting dan cap.
Mereka ibarat tamu agung yang tidak diundang dalam pesta, mereka yang dengan kesungguhan hati melestarikan budaya leluhur bangsa ini, & mereka yang memegang teguh prinsip di carut marut perkembangan zaman ini. Tidak mendapat ruang.

Mereka dihadapkan dengan, dentuman keras bom masal yang meledak di seluruh pelosok negri berupa beredarnya kain bermotif etnik yang dibuat dengan manipulasi teknologi pencetakan sehingga terciptanya kain bermotif yang dengan PEDEnya mereka sebut batik. Dan dijual dengan harga MURAH !
Ibarat bom yang tepat meledak di kepala mereka sendiri.
Batik itu proses, batik itu nilai filosofi. Batik bukan sekedar kain bermotif.

NAMUN MEREKA BISA APA ?
Ditengah menjalani hidup diusia yang tergolong masuk dalam senja, ini bukan cerita tentang ramainya pesanan, bukan juga kisah tentang lelahnya menyelesaikan orderan.
Namun kisah tentang rindu dan sunyi.
Rindu dimana masyarakat dapat kembali mengenal batik yang sebenarnya.
Sunyi karena tidak ada bunyi cipratan air yang dipakai untuk perendaman kain.
Memang benar ada beberapa pengrajin yang terekspos media tentang melonjaknya pesanan, namun lebih banyak tangan-tangan tua yang tidak tersentuh di berbagai pelosok.

MEREKA BUKAN MAESTRO BRANDING, MEREKA BUKAN AHLI MARKETING.
Yang dapat menghantam balik kesalah kaprahan paradigma masyarakat yang terlanjur menjadi belenggu candu.
Mereka adalah Begawan karya, yang kini berjuang demi bakul nasinya untuk dapat terisi setiap hari diatas meja dan dapat mengenyangkan perut keluarganya.
Meskipun anak-anak mereka tidak banyak yang ingin melanjutkan seperti orang tuanya.
Regenerasi penerus tidak banyak terjadi.
Beberapa telah lelah dan menyerah, akhirnya menyimpan alat karyanya dalam lemari rapat-rapat.
Beberapa masih berjuang dan meniti asa.

ITULAH ASA YANG KAMI PERJUANGKAN
Kehadiran kami untuk mereka, ibarat sesosok anak yang pulang kerumah. Mereka memeluk kami, mereka banyak bercerita kepada kami. Meskipun kami hanyalah seorang muda yang berusaha menjadi patriot budaya negri ini. Berusaha menginvestasikan masa muda kami, agar dapat memberikan keringat terpanas kami untuk negri ini yang kami cintai.
Kami tidak menuntut anda menghargai karya kami, kami hanya ingin berpesan kepada anda.
Hargailah karya batik yang berasal dari pengrajinnya.
Memang batik tulis itu lebih mahal, memang batik cap itu diatas rata-rata harga pakaian.
Namun itulah bentuk kita bangsa Indonesia dalam menghargai pejuang budaya negeri ini.
Anda tidak harus membelinya disini, anda boleh beli dimanapun !
Asalkan itu karya buah tangan mereka.
Kami pun tidak melarang anda memakai pakaian bermotif batik yang bukan karya asli pengrajin, namun minimal milikilah 1 karya asli !
Sebagai symbol kebanggaan kita pada negri ini.

BATIKMU, SIMBOL PATRIOT BANGSA INI !

www.batikkertabumi.co.id